Malam tadi (20.04.08) saya baca buku "Para Penunggang Petir" karya Muhammad Sadra, buku ini diterbitkan bulan Maret 2008 oleh C|Publishing (grup Mizan). Yup, ini buku lumayan baru.
Saya baca buku ini bukan karena apa-apa -- apalagi karena tertarik ilustrasi sampulnya, tapi karena buku ini buatan anak bangsa, yang mencoba memasuki dunianya para elf, dwarf, centaur dan makhluk-makhluk lain yang hobi banget nongol di Lord Of The Ring, Narnia, Harry Potter, Eragon dll dll dll. (Karya Kang Tolkien & Mas Lewis).
Penasaran aja, kok kaya' ngga ada tema lain yang bisa diangkat yeuh? He. Kenapa mesti ikut-ikutan...? Mungkin karena kita memang bangsa Indonesia, yang hobi ikut-ikutan ya... He9... Toh, saya juga ikut-ikutan bikin blog... baru mulai lagi, berarti: sama doooong!!?? :D
Saya jadi teringat tulisannya Pak Muchtar Lubis di tahun 1977, tentang karakter bangsa kita, (salah satunya ada yang menyatakan bahwa bangsa ini memang "Gemar Meniru") yang ternyata memang tidak berubah hingga kini! Oi oi! (Nanti akan saya coba post, tulisan beliau aaahh).
----------
Well... Kesan pertama ketika membaca buku ini... Bosann. Salah satunya karena tema yang diambil emang udah banyak bertebaran dipasaran, dan sepertinya malah udah abis neeh musim cerita kaya begini --sejujurnya karya-karya yang bertebaran dipasaran itu masih jauh, jauh lebih baik dan lebih seru!
Di beberapa bagian buku ini, banyak penjelasan yang kurang runtun; seperti di halaman 23, ada 'seseorang' yang tiba-tiba disimpulkan sebagai 'penyihir'... Kok bisa?
Lalu diceritakan diawal tentang kondisi para tokoh sebelum memasuki dunia sihir-sihiran, yakni di Bandung... dan... lalu kemana neeh cerita tentang Bandungnya? Menghilang? (Dari dua ratus empat puluh sekian halaman, cerita di Bandung hanya di dua puluh halaman awal)
Terus, ada satu yang lucu... Para tokoh dalam buku ini, percaya sihir-sihiran... Padahal diceritakan juga kalo mereka rajin salat di dalam dunia sihir itu... He9, harusnya sihirnya dilandasi sains yang agak kuat biar ngga "sihir-sihiran" banget (jadi ada alasan mereka tetap beriman kepada Sang Pencipta sihir)... well kaya'nya unsur sainsnya emang musti ditambah lagi neeh Mas.
Hmmm, yah masih ada lagi sih yang mau dikomentarin, sampe-sampe bukunya saya otrat-otret --ditandain dibagian-bagian yang menurut saya perlu mendapat catatan.
Tapi... i must get back to work, babe'...
Overall saya salute! salute! sama Mas Sadra, karena saya belum sanggup menulis karya seperti beliau... He9
-----
Dibalik itu semua semoga buku ini bisa mendapat apresiasi yang baik dari pembaca di Indonesia, dan dari ending buku ini, Mas Sadra sepertinya mau membuat sekuel kedua --mungkin juga ketiganya... Tull Gak?
Sukses Terus Mas Sadra!
Saya baca buku ini bukan karena apa-apa -- apalagi karena tertarik ilustrasi sampulnya, tapi karena buku ini buatan anak bangsa, yang mencoba memasuki dunianya para elf, dwarf, centaur dan makhluk-makhluk lain yang hobi banget nongol di Lord Of The Ring, Narnia, Harry Potter, Eragon dll dll dll. (Karya Kang Tolkien & Mas Lewis).
Penasaran aja, kok kaya' ngga ada tema lain yang bisa diangkat yeuh? He. Kenapa mesti ikut-ikutan...? Mungkin karena kita memang bangsa Indonesia, yang hobi ikut-ikutan ya... He9... Toh, saya juga ikut-ikutan bikin blog... baru mulai lagi, berarti: sama doooong!!?? :D
Saya jadi teringat tulisannya Pak Muchtar Lubis di tahun 1977, tentang karakter bangsa kita, (salah satunya ada yang menyatakan bahwa bangsa ini memang "Gemar Meniru") yang ternyata memang tidak berubah hingga kini! Oi oi! (Nanti akan saya coba post, tulisan beliau aaahh).
----------
Well... Kesan pertama ketika membaca buku ini... Bosann. Salah satunya karena tema yang diambil emang udah banyak bertebaran dipasaran, dan sepertinya malah udah abis neeh musim cerita kaya begini --sejujurnya karya-karya yang bertebaran dipasaran itu masih jauh, jauh lebih baik dan lebih seru!
Di beberapa bagian buku ini, banyak penjelasan yang kurang runtun; seperti di halaman 23, ada 'seseorang' yang tiba-tiba disimpulkan sebagai 'penyihir'... Kok bisa?
Lalu diceritakan diawal tentang kondisi para tokoh sebelum memasuki dunia sihir-sihiran, yakni di Bandung... dan... lalu kemana neeh cerita tentang Bandungnya? Menghilang? (Dari dua ratus empat puluh sekian halaman, cerita di Bandung hanya di dua puluh halaman awal)
Terus, ada satu yang lucu... Para tokoh dalam buku ini, percaya sihir-sihiran... Padahal diceritakan juga kalo mereka rajin salat di dalam dunia sihir itu... He9, harusnya sihirnya dilandasi sains yang agak kuat biar ngga "sihir-sihiran" banget (jadi ada alasan mereka tetap beriman kepada Sang Pencipta sihir)... well kaya'nya unsur sainsnya emang musti ditambah lagi neeh Mas.
Hmmm, yah masih ada lagi sih yang mau dikomentarin, sampe-sampe bukunya saya otrat-otret --ditandain dibagian-bagian yang menurut saya perlu mendapat catatan.
Tapi... i must get back to work, babe'...
Overall saya salute! salute! sama Mas Sadra, karena saya belum sanggup menulis karya seperti beliau... He9
-----
Dibalik itu semua semoga buku ini bisa mendapat apresiasi yang baik dari pembaca di Indonesia, dan dari ending buku ini, Mas Sadra sepertinya mau membuat sekuel kedua --mungkin juga ketiganya... Tull Gak?
Sukses Terus Mas Sadra!
Comments