Pengalaman Pertama mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA)


Satu bulan yang lalu (4 Mei 2011) pak pos datang membawa sepucuk surat buat saya ... Surat itu berasal dari OTO (Overseas Trainning Office --CMMIW) Bappenas, isinya? Tentu saja skor TPA.

Alhamdulillah setelah amplop dibuka ... ternyata saya mendapat sebuah cek :)

Oh bukan, ternyata itu adalah lembar hasil skor TPA, alhamdulillah (lagi) setelah ditelisik ternyata skor TPA saya sedikit diatas 700 ... Buat saya, yang baru pertama kali ikut TPA dan dengan persiapan yang seadanya nilai ini rruarrrr biasa besar :)

Saya sendiri cukup heran karena hal itu benar-benar beyond expectation, saya nggak sedikitpun membayangkan, apalagi berharap dapat nilai sebegitu besar ... Mungkin beberapa faktor berikut yang membuat nilai TPA saya bisa menjadi peringkat*) ke 11 dari 600 lebih peserta yang ikut tes TPA tanggal 23 April 2011 lalu.

Pertama, saya ikut TPA dengan restu orang tua.
Saya ikut TPA ini dalam rangka mengikuti pra sayarat beasiswa DIKTI untuk jenjang Pascasarjana di ITB (Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan "Animasi, Game dan Digital Media"), dan orang tua saya sangat berharap saya bisa melanjutkan sekolah hingga jenjang tertinggi yang saya mampu, karena mereka sendiri hanya lulusan SM A... dan sebelum melaksanakan TPA saya meminta doa restu mereka.

Kedua, saya ikut TPA hanya sebagai syarat formalitas.
Dua minggu sebelum pendaftaran TPA ditutup, saya baru mendapatkan informasi bahwa untuk mendapat beasiswa DIKTI diperlukan hasil TPA ... Padahal seminggu sebelumnya sudah diumumkan bahwa untuk jurusan yang saya ambil hanya dibutuhkan portofolio sebagai pengganti TPA, dan logika saya meng-iya-kan bahwa di jurusan desain memang portofolio jauh lebih penting dibanding TPA, sehingga saya berasumsi bahwa TPA pasti hanya sekedar syarat formalitas seharga IDR 250.000.

Terakhir, saya ikut TPA tanpa beban.
Saya sendiri baru tahu informasi lengkap mengenai TPA ketika akan mengikuti tes, dan saya yang notabene anak seni rupa merasa kurang sreg dengan soal-soal yang luar biasa diluar kemampuan saya, terutama soal hitung-hitungan di Sub Tes 2 ... Meskipun begitu saya memang sudah merencanakan untuk mengisi seluruh soal dengan teknik rahasia warisan leluhur ... teknik "tembakan acak tanpa alasan" ... :D

Hehehe, yah begitulah, mungkin sebagian orang bilang hal ini adalah kebetulan ... Tapi buat saya, ini adalah ketentuan, dan ini merupakan bentuk amanah bahwa dengan jalan ini semoga saya bisa diterima pada jenjang studi berikutnya dan bisa melakukan banyak hal bermanfaat buat orang banyak.

Untuk rekan-rekan yang ingin mengetahui tips dan trik menghadapi TPA, silakan simak blog berikut :
http://arga.wordpress.com/
http://wahyu.com/
http://kampus.okezone.com/

Terima Kasih sudah menyimak cerita ringan hari ini :)
Tetap semangat buat yang mau mengikuti TPA!

Update : Ada pertanyaan, darimana saya tau peringkatnya? Karena waktu itu pengumumannya ditempel di mading GSG ITB.

Ternyata saya ditakdirkan untuk mengikuti TPA tidak hanya sekali ... Simak pengalaman saya mengikuti TPA yang kedua di tahun 2014 dan yang ketiga di tahun 2020 saat virus Corona (COVID-19) merajalela. 

Comments

Anonymous said…
buktikan dunk kalo hasil TPA kamu diatas 700, diperlihatkan dunk attach jpeg nya...:p
Anonymous said…
Tinggi mas nilai skornya, keren
Unknown said…
mantap... gmna bisa mengetahui peringkatnya mas? trims
Unknown said…
Mantap... gmna bisa mengetahui peringkatnya mas?? thanks