Tanggal 11 Mei 2014 lalu saya kembali mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA) untuk kali kedua.
Tes pertama saya ikuti pada 23 April 2011 sebagai syarat masuk sekolah magister desain di ITB.
Kala itu tes dilakukan di Gedung Serba Guna ITB bersama lebih dari 600 peserta, dalam ruangan yang super besar dan dengan penerangan yang menurut saya seadanya. Ditambah hanya menggunakan kursi kuliah yang memiliki meja kecil disisinya, saking kecilnya meja hanya muat menampung satu lembar kertas sementara itu alat-alat tulis harus ikhlas disimpan dilantai ...
Meski begitu, alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan buat saya, skor total yang saya dapatkan diatas 700, dan cerita lengkapnya bisa dilihat disini.
Berbeda dengan tes pertama, tes kedua ini saya rasakan sangat sulit meski tempat yang digunakan jauh lebih nyaman dibanding tes pertama. Tes kedua ini diadakan di Aula lantai 5 Gedung Telkom Creative Industries School - Telkom University, Bandung.
Ruangannya super lega dengan penerangan amat terang dan AC yang membantu menghilangkan keringat saat keadaan mulai panas, serta meja yang digunakan juga sangat besar, yakni meja gambar anak desain, muat untuk enam lembar kertas ujian dijejer rapi ... Berarti kali ini posisi alat tulis bisa sejajar dengan kertas ujian, diatas meja ... Oh ya jumlah pesertanya juga jauh lebih sedikit, hanya sekitar 70 orang.
Sama seperti hasil tes pertama, yang kedua ini juga dikirim melalui pos dan saya terima dengan baik pada tanggal 17 Mei 2014. Hasilnya... Alhamdulillah skor saya jauh menurun hampir 100 poin, yakni 616,80. Jujur, seperti pada paragraf sebelumnya, tes kali ini saya rasakan benar-benar sulit, terutama sub tes kedua yang berisi hitung-hitungan ... dari sekitar 90 soal saya hanya mampu melakukan perhitungan tuntas untuk sekitar 10 soal, sisanya saya menggunakan jurus warisan leluhur "tembakan acak tanpa alasan"...
Hal yang saya rasakan semakin sulit juga pada sub tes ketiga, tes kali ini memberikan tantangan visual yang luar biasa terutama pada detail gambar-gambar kubus, perlu keseksamaan dan waktu pengamatan lebih untuk menyelesaikannya ... Waktu tes yang berdurasi 3 jam hampir tidak terasa, karena fokus dan konsentrasi saya hanya pada soal-soal yang minta untuk diselesaikan.
Terus terang persiapan TPA kedua ini sama dengan TPA yang pertama kali saya ikuti, terutama karena informasi jadwal yang --lagi-lagi cukup mendadak (my mistake), bahkan saya baru sempat melunasi biayanya sekitar 2 hari sebelum tes. Sekedar informasi biaya tahun ini meningkat menjadi Rp 350.000.
Well, ujian TPA kali ini membuat perut saya lapar setelahnya dan harus diakui saya mengapresiasi dan memberikan jempol, good Job bin salute untuk tim pembuat soal TPA OTO BAPPENAS! Soal yang dibuat benar-benar menantang untuk dinikmati diakhir pekan yang indah :)
Tetap semangat belajar juga buat rekan-rekan yang hendak mengikuti TPA, belajarlah yang puolll, karena Anda mungkin saja beruntung mendapatkan soal-soal TPA yang super luar biasa sulit, hehe...
Simak juga pengalaman saya mengikuti TPA yang ketiga di tahun 2020, pada masa virus Corona (COVID-19) merajalela di seantero bumi.
Ohya, berikut ini ada sedikit trik untuk mengerjakan soal sub tes kedua (hitungan), semoga bermanfaat...
Salam dan Terima Kasih.
Comments